LASKAR HAIDAR

Your description goes here

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Popular Posts

Hello world!
Righteous Kill
Quisque sed felis

بسم الله الرحمن الرحيم

و الصلاة و السلام على محمد و آل محمد

السلام عليكم و رحمة الله تعالى و بركاته



اَعْظَمَ اللهُ اُجُورَنابِمُصابِنا بِالْحُسَيْنِ عَلَيْهِ السَّلامُ

وَجَعَلَنا وَاِيّاكُمْ مِنَ الطّالِبينَ بِثارِهِ مَعَ وَلِيِّهِ الاِْمامِ الْمَهْدِيِّ

مِنْ آلِ مُحَمَّدعَلَيْهِمُ السَّلامُ









Laa fataa illa 'ali laa saif illaa dzulfiqaar

About Me

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Blog Archive

Thumbnail Recent Post

Total Tayangan Halaman




Daftar Blog Saya

Entri Populer

Righteous Kill

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Quisque sed felis

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Etiam augue pede, molestie eget.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Hellgate is back

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit ...

Post with links

This is the web2feel wordpress theme demo site. You have come here from our home page. Explore the Theme preview and inorder to RETURN to the web2feel home page CLICK ...


السَّلاَمُ عَلَى الْحُسَيْنِ وَ عَلَى عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ وَ عَلَى أَوْلاَدِ الْحُسَيْنِ وَ عَلَى أَصْحَابِ الْحُسَيْنِ




Untuk sementara kalangan, hari Asyura saat itu adalah hari jihad, pengorbanan, dan perjuangan menegakkan kebenaran. Namun, untuk kalangan lain, hari itu adalah hari pesta darah, hari perang, dan hari penumpahan ambisi-ambisi duniawi. Akibatnya, terjadilah banjir darah para pahlawan Karbala yang terdiri dari anak keturunan Rasul dan para pecintanya.

Hari itu tanah Karbala dibakar oleh sengatan terik mentari yang mengeringkan tenggorokan para pahlawan Karbala. Hari itu, para pejuang Islam sejati satu persatu bergelimpangan meninggalkan sanjungan sejatinya, Husain putera Fatimah binti Muhammad SAWW. Bintang kejora Ahlul Bait Rasul ini akhirnya menatap pemandangan sekelilingnya. Wajah-wajah setia pecinta keluarga suci Nabi itu sudah tiada. Dari para pejuang gagah berani itu yang ada hanyalah onggokan jasad tanpa nyawa. Putera Amirul Mukminin itu melantunkan kata mutiaranya. Beliau antara lain mengatakan:

"Akulah putera Ali dari Bani Hasyim, dan cukuplah kiranya ini menjadi kebanggaan bagiku. Fatimah adalah ibundaku, dan Muhammad adalah kakekku. Dengan perantara kamilah Allah menunjukkan kebenaran dari kesesatan. Kamilah pelita-pelita Allah yang menerangi muka bumi. Kamilah pemilik telaga Al-Kautsar yang akan memberi minum para pecinta kami dengan cawan-cawan Rasul. Tak seorangpun dapat mengingkari kedudukan kami ini.”

Hari Asyura adalah hari pementasan duka nestapa Ahlul Bait Rasul, hari rintihan sunyi putera Fatimah, hari keterasingan putera Azzahra, hari kehausan dan jerit tangis anak keturunan Nabi. "Adakah sang penolong yang akan menolong kami? Adakah sang pelindung yang akan melindungi kami? Adakah sang pembela yang akan menjaga kehormatan Rasulullah?" Pinta putera Ali bin Abi Thalib as itu kepada umat kakeknya, Muhammad SAWW.

Rintih pinta cucu Rasul itu tak dijawab kecuali oleh beberapa pemuda Bani Hasyim yaitu keluarga, kaum kerabat dan pengikut beliau yang masih tersisa. Diantara mereka adalah Ali Akbar, putera beliau sendiri. Ali Akbar meminta izin sang ayah untuk maju melawan musuh. Demikianlah, Imam Husain as akhirnya mempersembahkan putera tercintanya, Ali Akbar, sebagai pejuang pertama Bani Hasyim di Karbala. Pertempuran Ali Akbar beliau perhatikan dengan seksama dan penuh ketabahan.

Ketika sudah berada di medan laga, kepiawaian Ali Akbar dalam berperang membuat musuh tercengang. Gerakan dan ketangkasannya dalam bertempur mengingatkan mereka kepada Haidar Al-Karrar alias Ali bin Abi Thalib as yang tenar dengan julukan Singa Allah. Tak sedikit pasukan musuh yang mati menjadi mangsa sambaran pedang Ali Akbar. Namun, ketika jumlah musuh yang sangat besar itu seakan tak berkurang, Ali Akbar lelah dan tercekik kehausan. Keadaannya yang sudah nyaris tanpa daya itu segera dimanfaatkan musuh untuk menghabisi riwayatnya. Maka dari itu, kedatangannya disambut dengan hantaman pedang tepat di bagian atas kepala. Darahnya yang mengucur segera disusul dengan sambaran anak panah yang menusuk tubuhnya secara bertubi-tubi.

Tampil kemudian Abdullah bin Muslim bin Aqil ke medan laga. Dia termasuk prajurit yang meminta sendiri kepada Imam Husain as untuk angkat pedang melawan musuh. Setelah berhasil membuat beberapa serdadu musuh bergelimpang diterjang keperkasaannya, Abdullah tak berdaya melawan prajurit iblis yang menyemut itu. Putera Muslim bin Aqil ini gugur di tangan Amr bin Sabih Asshaidawi dan Asad bin Malik. Demikianlah para pendekar Karbala pengikut Imam Husain maju satu persatu menerjang musuh. Mereka antara lain adalah Muhammad bin Muslim bin Aqil, Abdurrahman bin Aqil dan Jakfar bin Aqil, juga Muhammad bin Abi Said bin Aqil, Qasim bin Hasan bin Ali as, dan adik Imam Husain, Abul Fadhl Abbas as, tokoh legendaris pemegang panji Karbala yang juga tenar dengan sebutan Purnama Bani Hasyim.



Gugurnya Purnama Bani Hasyim

Sang Purnama Bani Hasyim itu gugur syahid dalam bentuknya yang paling dramatis dan membanggakan. Beliau dihabisi saat berusaha membawakan sekantung air untuk kakak sekaligus pemimpin dan junjungannya, Imam Husain as, yang sedang tercekik rasa haus. Dalam mempertahankan sekantung air di depan kerumunan musuh itu, beliau berhasil menuai ajal pasukan musuh dalam jumlah yang sangat besar sebelum beliau sendiri gugur dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Sebelum gugur, satu tangannya putus di babat musuh, tetapi beliau masih mempertahankan kantung air untuk Imam Husain.

Namun, dalam kondisi yang nyaris tak berdaya karena itu, seseorang bernama Nufail Arzaq tiba-tiba muncul bak siluman dari balik pohon sambil mengayunkan pedangnya ke arah bahu Abbas. Abbas tak sempat menghindar lagi. Satu-satunya tangan yang diharapkan dapat membawakan air untuk cucu Rasul yang sedang kehausan itu akhirnya putus. Dalam keadaan tanpa tangan, adik Imam Husain ini mencoba meraihnya kantung air dengan menggigitnya. Tapi kebrutalan hati musuh tak kunjung reda. Kantung itu dipanah sehingga air yang diharapkan itu tumpah. Air itu pun mengucur habis seiring dengan habisnya harapan Abbas. Aksi pembantaian ini berlanjut dengan tembusnya satu lagi anak panah ke dada Abbas. Tak cukup dengan itu, Hakim bin Tufail datang lagi menghantamkan batangan besi ke ubun-ubun Abbas.

Kepergian Abul Fadhl Abbas membuat Imam tak kuasa menahan duka. Beliau menangis tersedu dan meratap hingga mengiris hati seluruh hamba sejati Allah di langit dan bumi. Beliau meratap:

“Kini tulang punggungku sudah patah, daya upayaku sudah menyurut, dan musuhku pun semakin mencaci maki diriku.” Ratap putera Fatimah itu sambil memeluk Abbas, adiknya dari lain ibu. Di tengah isak tangisnya, Imam juga berucap kepada Abbas: “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, adikku. Engkau telah berjuang di jalan Allah dengan sempurna.”

Detik-detik terakhir kehidupan Imam Husain as telah semakin berdetak keras. Kepada kaum wanita keluarga dan kerabatnya bintang ketiga dari untaian suci para Imam Ahlul Bait as yang siap menyongsong kematian sakral itu berkata:

"Kenakanlah gaun duka cita kalian. Bersiaplah menanggung bencana dan ujian. Namun, ketahuilah bahwa Allah adalah Penjaga dan Pelindung kalian. Dia akan menyelamatkan kalian dari keburukan musuh, mendatangkan kebaikan dari persoalan yang kalian hadapi, mengazab musuh dengan berbagai macam siksaan, dan akan mengganti bencana kalian dengan berbagai macam kenikmatan dan kemuliaan. Maka janganlah kalian mengeluh dengan rintihan dan kata-kata yang dapat mengurangi keagungan kalian."

Imam menatap wajah puteri-puterinya satu persatu sambil berkata: "Sakinah, Fatimah, Zainab, Ummu Kaltsum, salamku atas kalian. Inilah akhir pertemuan kita, dan akan serega tiba saatnya kalian dirundung nestapa."

Wajah Imam bersimbah air mata sehingga adik beliau Hazrat Zainab memberanikan diri untuk bertanya: "Mengapa engkau menangis?"

"Bagaimana aku akan dapat meredam tangis, sedangkan sebentar lagi kalian akan digiring oleh musuh sebagai tawanan?!"

Sejurus kemudian Sang Imam bergerak untuk menjejakkan kakinya seorang diri menuju gerombolan musuh yang sudah haus akan darah beliau itu.

Kepada adiknya, Hazrat Zainab as, beliau berpesan:

"Aku titipkan anak-anak dan kaum wanita ini kepadamu. Jadikanlah dirimu sebagai ibu mereka sepeninggalku, dan tak perlu engkau mengurai-uraikan rambutmu (sebagai luapan dukacita) atas kepergianku. Apabila anak-anak yatimku merindukan ayahnya, biarlah puteraku Ali yang akan tampil sebagai ayah mereka."

Dengan suara lirih, beliau akhirnya mengucapkan salam perpisahan: "Alwidaa', alwidaa', alfiraaq, alfiraaq."

Putera Ali bin Abi Thalib as itu kemudian mengendarai Dzul Janah, kuda yang sebelum itu ditunggangi oleh Abul Fadhl Abbas as. Anak-anak kecil dan kaum wanita tak kuasa menahan ratapan duka lara. Gerakan Imam diiringi raung tangis mereka. Sebagian tersimpuh sambil memeluk kaki Dzul Janah. "Ayah! Ayah!" Panggil puteri beliau yang masih berusia tiga tahun.



Perjuangan Ksatria Karbala Seorang Diri

Sebagaimana yang sudah disepakati, terjadilah duel satu lawan satu. Singkat cerita, Imam Husain as adalah pendekar yang tak tertandingi oleh musuh-musuhnya dalam pertarungan secara jantan satu lawan satu. Akibatnya, satu persatu lawan-lawan beliau dalam duel bergelimpangan menjadi korban hantaman pedang beliau. Umar bin Sa’ad pun was-was dan cemas saat melihat sudah banyak pasukannya yang tak bernyawa setelah berani menjawab tantangan duel Imam Husain as.

Dengan kesalnya, Umar bin Sa’ad menggerutu: “Keparat, tak ada seorangpun yang mampu bertanding dengan Husain. Jika begini terus, tak akan ada satupun diantara pasukanku yang tersisa nanti.”

Dia lantas berteriak kepada pasukannya: “Tahukah kalian dengan siapakah kalian hendak bertarung?!”

Umar bin Sa’ad rupanya baru menyadari bahwa dia sedang berhadapan dengan bukan sembarang orang, termasuk untuk urusan perang. Dia adalah putera pendekar Islam legendaris, Imam Ali bin Abi Thalib as. Dia adalah putera ksatria yang dijuluki dengan Haidar Al-Karrar, Singa Yang Pantang Mundur. Dia adalah putera si pemilik pedang Dzulfikar yang telah banyak menghabisi benggolan-benggolan pendekar kaum kafir dan musyrik. Dia adalah putera yang mewarisi semua kehebatan ayahnya. Karenanya, tak mengherankan jika Imam Husain as tak tertandingi oleh siapapun dalam pertarungan secara ksatria. Oleh sebab itu, begitu beliau tidak bisa dirobohkan dengan cara-cara jantan, pasukan musuh akhirnya mengepung beliau yang sendirian dari segenap penjuru. Mereka sudah siap merenggut nyawa beliau dengan cara mengeroyok habis-habisan.
Perjanjian untuk menggelar pertarungan secara ksatria akhirnya benar-benar diabaikan oleh musuh. Umar bin Sa’ad memerintahkan seluruh pasukannya untuk ramai-ramai mengerubungi dan membantai Imam Husain as sedapat mungkin. Maka, sang Imam pun mulai menjadi bulan-bulanan sekian banyak manusia-manusia buas itu. Tubuh Imam semakin lemas dalam melakukan perlawanan sehingga saat demi saat tubuh beliau mulai menuai luka dan kucuran darah.

Tubuh beliau mulai terkoyak-koyak oleh berbagai jenis senjata pedang, tombak, dan panah yang sudah tak sabar untuk menghabisi riwayat Imam Husain as. Saat beliau terkapar, Syimir mencabut pedang dari sarungnya dan tanpa membuang-buang waktu lagi, lelaki bengis itu mengayunkan pedangnya kuat-kuat ke leher cucu Rasul dan putera Fatimah Azzahra. Sekali tebas, kepala manusia mulia itu terlepas dari badannya. Terpisahnya kepala Imam Husain disusul dengan suara sorakan dari mulut balatentara Umar bin Sa’ad yang busuk itu. Kepala yang dulu sering diciumi oleh Rasulullah SAWW kini ditancapkan ke ujung tombak. Langitpun kelabu. Bumi meratap pilu. Salam sejahtera atas arwah sucimu wahai Imam Husain.

Leave a Reply

Silahkan masukkan komentar anda...!!!