Perancis berniat menjadikan problema Lebanon sebagai masalah internasional. Padahal kelompok-kelompok Lebanon menekankan langkah-langkah internal untuk menuntaskan masalah dalam negeri.

Koran al-Hayat, terbitan London, menulis, Presiden Perancis Nicholas Sarkozy, Senin malam (10/1) berupaya menggelar pertemuan dengan para pemimpin AS, Arab Saudi, Suriah dan Lebanon. Ia juga menyampaikan ide tersebut kepada Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz yang kemudian disepakatinya.

Menurut laporan itu, Turki dan Qatar juga diperkirakan akan bergabung dengan lima negara ini. Pada saat yang sama, Mesir mungkin juga akan bergabung. Akan tetapi hingga kini, pemerintah Kairo belum memastikannya.

Koran al-Hayat menambahkan, Sarkozy terlibat dalam masalah Lebanon setelah Raja Arab Saudi menyatakan bahwa upaya Riyadh dan Damaskus untuk menyelesaikan krisis di Lebanon dihadapkan pada jalan buntu. Sinyal intervensi Sarkozy dalam urusan Lebanon kian kuat menyusul kunjungannya ke AS dan bertemu dengan Presiden Barack Obama.

Dilaporkan pula, Sarkozy juga melakukan kontak telepon ke Presiden Suriah, Bashar Assad, guna membahas perkembangan terbaru di Lebanon. Di samping itu, Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khaliga el-Thani juga melakukan kontak telepon dengan Bashar Assad.

Sementara itu, kelompok 8 Maret berupaya menyelesaikan masalah yang ada melalui jalaur-jalur dalam negeri tanpa melibatkan pihak luar. Akan tetapi kelompok 14 Maret terburu meminta bantuan kepada AS. Saad Hariri, salah satu tokoh utama kelompok 14 Maret, juga menyadari bahwa pihaknya tidak dapat mendukung pengadilan internasional atas Rafiq Hariri, jika problema dalam negeri dapat diselesaikan.

Dari sisi lain, Perancis dan AS sengaja menciptakan krisis di Lebanon supaya dapat menginfilterasi negara itu dan menjaga kepentingan Zionis Israel. (IRIB/AR/RM)